Setelah melalui proses yang panjang, serta jalan yang berliku dalam menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (sekarang telah menjadi Program Studi Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Akhirnya pada tanggal 18 Juli 1992, pembimbing menyetujui aku ujian sidang sarjana. Alhamdulillah, aku lulus dengan tingkat yudisium sangat memuaskan, dengan IPK 3,08. Ujian ini mengantar aku untuk memperoleh gelar sarjana Doktorandus yang disingkat Drs. Aku diberi wewenang untuk mencantumkan gelar tersebut dibelakang namaku.
Setelah sidang sarjana, aku diharuskan untuk mengusulkan berkas sarjana tersebut dalam rangka pengangkatan dosen muda di program studi. Pada waktu dosen yang tekah diangkat hanya 5 orang dari alumni program studi kami. Hanya berselang enam bulan, aku kedatangan surat keputusan tentang pengangkatan menjadi dosen, tepatnya tanggal 1 Maret 1993, aku resmi menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) atau dosen yang baru 80%.
Waktu itu, aku diminta bantu untuk menjadi asisten dosen dan mengasuh beberapa mata kuliah. Mungkin nasibku memang selalu beruntung, tidak beberapa lama menjadi dosen, aku mendapat kehormatan untuk mengikuti pelatihan calon pelatih Pencak Silat yang diselenggarakan oleh Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia (PPS SMI) yang pada waktu itu di nahkodai oleh pimpinan Kopassus (Pak Prabowo Subianto) di Cisarua Bandung. Alhamdulillah, aku berhasil membawa sertifikat pelatih dengan memperoleh sebutan Pendekar Muda Tingkat I Nasional. Berkat gelar tersebut, aku melatih pencak silat bagi mahasiswa dan para pelajar. Kami pusatkan latihan di Fakultas Ekonomi Unsyiah. Salah satu atlet yang sangat antusias mengikikuti latihan tersebut adalah Muhammad Nazar, (sekarang beliau telah menjadi Wakil Gubernur Aceh). Berkat sertifikat tersebut kemudian aku menjadi dosen tetap yang mengasuh mata kuliah Pencak Silat, yang kemudian menjadi Kriterium Keahlian.